Minggu, 20 November 2011

KETERBELAKANGAN UMAT ISLAM

ISLAM TERBELAKANG DALAM HAL APAPUN. Banyak tulisan tentang hal tersebut di berbagai media. Hal yang harus kita perhatikan dengan seksama karena hal ini menyangkut  eksistensi makna Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Pandangan tersebut muncul dengan data – data yang dapat dikatakan akurat  dan memang dmikianlah keadaanya.
Namun ada beberapa pertanyaan balik terhadap kritik tersebut yaitu mengenai pola pikir apakah yang digunakan dalam menilai Islam yang menghasilkan jawaban bahwa Islam itu terbelakang dalam hal apapun ?.
Perlu kita ketahui bahwa Islam memiliki pola pikir yang berbeda dengan pola pikir yang pernah manusia manapun pernah ketahui. Pola pikir Islam adalah pola pikir ruang yang luas dan tidak dapat menerima pola pikir yang sempit.
Pola pikir Islam disadari ataupun tidak disadari merupakan pola pikir Al Qur’an yang berintikan pada nilai – nilai Tauhid yang memiliki keluasan yang terbentuk dari absolusitas hukum – hukum Allah. Setiap muslim yang pernah bersentuhan dengan Al Qur’an, tentulah memiliki pola pikir seperti ini disadari ataupun tidak disadari.
Ketika sekelompok orang menyatakan bahwa secara ekonomi umat Islam terbelakang, maka kita dapat balik bertanya dengan pola apakah mereka menilai umat Islam terbelakang dalam bidang ekonomi ?. Kebanyakan mereka menilai bahwa umat Islam itu terbelakang dikarenakan mereka menilainya dengan pola kapitalis atau pola lainnya diluar pola ekonomi Islam.
Jelaslah umat Islam terbelakang dalam bidang ekonomi  dalam system kapitalis karena umat Islam sesungguhnya tidak dapat menerima penerapan system ekonomi tersebut.
Kita telah menyaksikan bagaimana pola system kapitalis menggurita, namun pada kenyataannya system ini dibangun atas dasar penguasaan manusia atas manusia yang lain.
Ketika kapitalisme mulai goyah, maka harus ada yang dikorbankan agar kapitalisme dapat tumbuh kembali.
Kita tentu ingat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dimana negara kita, Indonesia terkena dampak paling buruk pada saat itu. Hal ini bukanlah yang yang tidak disengaja, melainkan hal yang sangat disengaja karena kapitalisme yang didasarkan atas penguasaan manusia atas manusia yang lain itulah yang menginginkan hal tersebut terjadi, karena gerak ekonomi kapitalisme pada saat itu telah jenuh dan membutuhkan korban baru untuk dieksploitasi.
Selain itu ada kekuatan ekonomi baru yang diharapkan mampu untuk dieksploitasi yaitu, China yang baru saja membuka dirinya bagi dunia luar sehingga harus diciptakan adanya ruang gerak bagi China untuk berkembang.
Jelas umat Islam terlihat terbelakang dalam bidang ekonomi kapitalis karena para ulama Islam menyadari bahwa sistem kapitalis bukanlah Rahmatan Lil Alamin sehingga tidak berkeinginan terlibat dalam sistem tersebut secara total termasuk sistem riba yang diharamkan dalam Islam dan dalam terpaan krisis ekonomi tersebut ternyata pola ekonomi ruang lah yang mampu bertahan. Para pengusaha kecil lah yang selalu diinjak – injak dalam sistem kapitalis tersebutlah yang mampu membangkitkan kembali perekonomian Indonesia untuk kembali bertarung dalam sistem kapitalis dunia, untuk kembali dieksploitasi.
“Invisible Hand” yang dimaksud oleh Adam Smith sesungguhnya merupakan rasa tanggung jawab dari manusia – manusia yang memiliki nurani terbukalah yang mengembalikan suatu keadaan yang hancur untuk kembali pulih kepada keadaan sediakala dan kesadaran nurani inilah yang dieksploitasi para kapitalis untuk kembali membangun kerajaan mereka dengan selalu menyatakan bahwa kapitalisme tidak akan pernah mati.
Demikian juga dalam bidang ilmu pengetahuan yang berpusat pada sistem kapitalis tersebut  dimana umat Islam terlihat terbelakang karena pola pengetahuan yang dibentuk tidak dapat memanusiakan manusia.
Dalam bidang politikpun, umat Islam dikatakan tidak memilki kekuatan politik yang kuat dan hal ini dapat kita buktikan sejak dahulu hingga saat ini. Hal inipun sesungguhnya disebabkan oleh kebingungan kita dalam mengikuti pola politik piramida.
Islam hanya mengenal pola politik Ka’bah, pola politik ruang, pola politik musyawarah, hingga para ulama Islam merasa sukar dalam menerapkan pola politik piramida yang merupakan lambang paganisme.
Perkataan ini bukanlah pelarian atas segala keterbelakangan yang terjadi, namun sesungguhnya demikianlah keadaan yang sesungguhnya terjadi.
Banyak yang mencoba melebur dan berbaur dengan sistem diluar Islam untuk mencari sintesa baru yang malah membuat pola ruang pikir Islam semakin menyempit.
Satu hal dari segala permasalahan yang dihadapai umat Islam yang harus kita perhatikan dengan sungguh – sungguh adalah bagaimana menemukan pola pikir Islam yang sesungguhnya, yaitu pola pikir yang berdasarkan Al Qur’an dan Al Hikmah, pola pikir Al Qur’an, pola ruang Ka’bah dengan pola gerak thawaf nya ( pola gerak melingkar dan menyeluruh ), pola pikir yang tidak ada tandingnya dimuka bumi ini sejak manusia itu ada hingga hari ini. Wallahu’alam.
Catatan : Untuk lebih memahami makna pola ruang Al Qur'an dapatlah kiranya membaca tulisan dalam blog ini berjudul : Manhaj Al Bait Al Atiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar